/* Menu Horisontal ---------------------------------------------*/ .menupic{width:100%;margin:0 auto;padding:0 auto;} .menuhorisontal{background:#e9e9e9 url(http://2.bp.blogspot.com/_tUdwiyEcqV4/TVAvFqOyxcI/AAAAAAAAAs8/ZE7Yc8WL1n4/s1600/bg_menu.gif) repeat-x bottom left;width:980px;height:30px;margin:0 auto; padding:0 auto;border-left:1px solid $bordercolor;border-right:1px solid $bordercolor;border-top:solid 1px $bordercolor;} .menuhorisontal ul{margin: 0; padding-left: 0px;color:#357798;text-transform: capitalize;list-style-type: none;font:bold 12px Arial, Helvetica,Arial,Verdana,sans-serif;} .menuhorisontal li{display: inline; margin: 0;} .menuhorisontal li a{float: left;display: block;text-decoration:none; padding:7px 7px 7px 7px;border-right:1px solid #dadcde;border-bottom:solid 1px #d2d4d6;color:#357798;} .menuhorisontal li a:visited{color:#357798;} .menuhorisontal li a:hover {background:#fff;color:#333;text-decoration:none;border-bottom:solid 1px #fff; /*Background Setelah Pointer Diarahkan */} .menuhorisontal li.selected a {background:#fff;color:#333;border-bottom:solid 1px #fff;padding:7px 10px 7px 10px;}
Free T Curlz Cursors at www.totallyfreecursors.com

Selasa, 24 Desember 2013

cerpen islami Ada Cinta Dibalik Cadar Az-zahra

ADA CINTA DIBALIK CADAR AZ-ZAHRA Tetesan embun dan basuhan air wudhu’ itu terlihat dari wajah Az-Zahra. Dia bergegas menyapa dunia untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang mahasiswi di sebuah perguruan tinggi Islam di Solo, Jawa Tengah. Dia merupakan wanita cantik dengan beragam kerudung warna Merah khas yang selalu ia kenakan di setiap harinya. Saat ini, dia sedang mengikuti mata kuliah dalam bidang komunikasi dan penyiaran islam yang nantinya dia akan menjadi seorang pendakwah. Semua terasa menyenangkan baginya, menyenangkan bagi lahir dan batinnya. Saat matahari mulai menampakkan warna jingganya di sebelah barat, dia teringat akan kewajibannya yang selalu dia lakukan setiap senja itu tiba. sungguh dia seorang wanita yang sempurna. Dia setiap senja, selalu menyibukkan dirinya di sebuah Taman Pendidikan al-Qur’an yang memang di peruntukkan bagi anak-anak yang tergolong telah yatim/piatu. Sungguh mulia hati Az-Zahra ini. Dia saat ini sedang mengajarkan bagaimana membaca huruf hijaiyah dengan benar dan cara menulis huruf arab dengan benar pula. Semua murid yang belajar dengan Az-Zahra ini merasa sangat senang. Karena Sifat Az-Zahra yang ramah dan memang sabar dalam memberikan ilmu agama kepada mereka. Hingga saat suatu malam, ketika Az-Zahra hendak berpulang kekontrakkannya terjadi peristiwa yg menghambat perjalanannya. Mobil yg dikendarai Az-Zahra mogok. Mobilnya mogok tepat di depan pondok pesantren yg santriwatinya diwajibkan mengenakan cadar. Saat itu Az-Zahra tertunduk di bagasi depan mobilnya nampak bersedih. Sesaat kemudian terlihat seorang ustadz muda dan tampan menghampiri Az-Zahra, “assalamualaikum.. ukhty..” sapa beliau. Az-Zahra sempat terkejut menjawabnya “wa'alaikumsalam warrahmatullah..” “ada masalah dengan mobilnya kah??” tanyanya sembari senyum ramahnya. “mobil ana tiba2 mogok akhi, ana hendak menghubungi bengkel tetapi hp ana baterainya habis. Rencana menunggu angkot ternyata sopir angkot sedang sibuk demo di depan gedung DPR. “ jawab Az-Zahra dengan tenang, walaupun sebenarnya sedang gundah. Alhasil Ustadz muda tersebut berniat membantu memperbaiki mesin mobil Az-Zahra. Alhamdulillah mobilnya dapat dinyalakan kembali. Terlihat wajah riang dari raut Az-Zahra. Tidak lupa ucapan terima kasih dari mulut Az-Zahra, “syukron katsiron akhi, Jazakumullah Khayran” ucapnya dengan keramahan.. “wa iyyak.. Ukhty”, jawab Pemuda itu. Mereka berdua sempat bercakap-cakap, ternyata nama pemuda itu adalah Ust. Za'i. Beliau adalah salah satu dosen muda di universitas tempat Az-Zahra menuntut ilmu. Az-Zahra memang mahasiswi baru, untuk itu sungguh dimaklumi bila belum sepenuhnya Az-Zahra mengenali seluruh dosen-dosennya. Akan tetapi Ust. Za'i juga merupakan pengasuh pondok Ma'had Ahlusunnah Wal Jamaah atau biasa disebut ponpes ASWAJA pondok yg mewajibkan santriwatinya bercadar. Keesokan harinya, Az-Zahra kembali berangkat ke kampusnya dengan mengenakan kerudung merahnya yg khas, sehingga sangat mudah bagi mahasiswa-mahasiwi lain mengenalnya. Dengan begitu cepat Az-Zahra menjadi familiar dikampusnya. Dia terkenal dengan sebutan Gadis berkerudung merah. Wajahnya yg cantik, berkulit putih, dan memiliki hidung mancung itu lah yg membuat para akhi banyak yang mencintai dan mengaguminya, selain dari fisiknya dari sikap dan tingkah lakunya membuat para ukhty yg lain merasa iri. Sikapnya yang lembut, ramah tamah, dan berjiwa penolong. Suatu ketika Az-Zahra hendak memberikan tausiyah secara on air melalui radio, Az-Zahra bertemu dengan ust. Za'i. Seorang Akhi yang membantu memperbaiki mesin mobilnya kala itu. Pertemuan yg tidak sengaja itu membuat Az-Zahra terkejut, kemarin lusa saat bertemu di depan ponpes Uswaja, dia tidak terlalu jelas mengenali atau menatap jelas wajah tampan ust. Za'i karena faktor kondisi cuaca malam hari. Tepan di stasiun Radio tersebut, mata Az-Zahra terpanah menatap wajah tampan Ust. Za'i. “Assalamualikum Az-Zahra..” salam Ust. Za'i. Buyarlah tatapan Az-zahra kepada ust.Za'i yg dikejutkan oleh salamnya. “astaghfirullah.. Wa'alaikumsalam warrahmatullah ustadz.” jawabnya. Mereka mengisi sesi tanya jawab mengenai hukum Pacaran dalam Islam melalui stasiun radio. Dari situlah Az-Zahra dan Ust. Za'i mulai dekat. Ust. Za'i menawarkan Az-zahra untuk mengajar ngaji di pondok pesantrennya untuk membantu ibunya, karena ustadzahnya yg biasa menemani ibunya sedang sakit. “tentu dengan senang hati, ustadz. Mengajar mengaji adalah pekerjaan mulia, ana ada waktu hanya ketika ba'da isya' ustadz.. “ jawab Az-Zahra dengan senyum gembira. Memang Az-zahra terlalu sibuk dengan kegiatan sehari-harinya, dari kuliah, mengajar ngaji di panti asuhan, pendakwah via On air maupun off air melalui stasiun radio. Keesokan harinya matahari nampak terbit dengan sempurna kondisi yang cerah mewarnai kegiatan Az-zahra kala itu, ketika Az-zahra melangkahkan kakinya masuk kedalam pondok pesantren Ust. Za'i, dia sedikit asing melihat para ukhty yg menutupi tubuhnya hingga wajahnya dengan kain hitam, hanya mutiara indah mereka yg nampak. Az-Zahra nampak terpaku, “ada yg asing kah menurut antum??” tanya Ust. Za'i Az-zahra tersenyum sebelum menjawabnya, “ afwan, akhi.. ana tidak pernah berkomunikasi sebelumnya bersama wanita2 yg mengenakan cadar, ana takut pemikiran ana berbeda dengan mereka” “kita semua sama Az-Zahra, Tuhan kita hanyalah Allah SWT, nabi kita nabi besar Muhammad SAW, kitab kita adalah kitab suci Al-Qur'an. Apa yg membedakannya??” Az-zahra hanya diam tertunduk, sepertinya ada yg difikirkan dalam benak Az-zahra. Ketika hendak masuk dalam suatu ruangan nampak para ukhty sudah berkumpul bersama wanita separuh baya yg juga mengenakan baju gamis besar, bercadar pula, yaitu umi dari ust.Za'i. “Assalamualaikum Umi..” salam Ust.Za'i kepada uminya. “wa'alaikumsalam Warrahmatullah..” jawabnya. “umi perkenalkan, ini adalah Az-Zahra yg akan menggantikan ustadzah Aisyah sementara waktu. Az-zahra adalah salah satu mahasiswi Za'i.” ujar Ust.Za'i. “Assalamualaikum Warrahmatullah, Umi..” Salam Az-zahra sembari senyumnya yg begitu ramah. “wa'alaikumsalam ukhty.. subhanallah cantik sekali.” sanjung Umi Fitri kepada Az-Zahra. “Syukron Katsiron umi.. “ Tidak lama mereka berkenalan, kegiatan mengaji segera dimulai. Banyak para santri yg memuji kecantikan Az-zahra, tetapi ada sebagian yg menggunjing karena busana yg dikenakan berwarna mencolok, namun karena hati Az-Zahra yg begitu mulia dia hanya menjawabnya dengan senyuman. Kegiatan mengaji telah usai, suasana pondok malam itu begitu sunyi, hanya ada suara jangkrik yang mengerik namun dengan suara itu, Az-zahra dapat merasakan kedamaian yang luar biasa. Suara jangkrik yang mngerik itu lebih indah dibandingkan suara bising dari kendaan bermotor dikota. Az-Zahra dan Umi Fitri berbincang-bincang. “dari mana asal antum??” tanya umi Fitri kepada Az-Zahra. “ana dari surabaya umi, tapi ayah ana dari cilacap.” Jawab Az-Zahra menjelaskan. “Subhanallah.. kebetulan sekali, umi juga dari Cilacap.” sahut Umi Fitri. Sungguh maha Besar Allah, Dunia memang sempit secara tidak sengaja mereka berbincang-bincang, ternyata keluarga Umi Fitri sangat dekat dengan keluarga ayah Az-zahra. Dan ternyata ayah Az-Zahra adalah mantan kekasih Umi Fitri, bahkan sebelum kelahiran Az-zahra umi Fitri dan Ayah Az-zahra sempat berhubungan gelap akan tetapi tidak sempat berzina. Hanya saja mereka masih saling mencinta. Namun kebetulan itu tidak diceritakannya kepada Az-zahra. Setelah berminggu-minggu Az-zahra mengajar ngaji di ponpes Uswaja, ustadzah Aisyah lebih tepatnya ustadzah yang digantikan Az-zahra telah sembuh dari sakitnya, kini dia dapat beraktivitas kembali. Ketika hendak masuk kedalam ruangan tidak sengaja Az-zahra dan Ustadzah Aisyah beriringan. Dari belakang nampak Ust.Za'i menyusul keduanya, “Assalamualaikum..” salam Ust.Zai. “Wa'alaikumsalam Warrahmatullah Ustadz..” jawab Ustadzah Aisyah dan Az-zahra hampir bersamaan. Kala itu, dimana Ust. Za'i memperkenalkan Az-Zahra kepada Ustadzah Aisyah dan menjelaskan bahwa Ustadzah Aisyah sudah dapat mengajar kembali artinya Az-Zahra sudah tidak perlu menggantikan lagi. Perasaan Az-Zahra sedikit kecewa, karena sebenarnya Az-Zahra masih ingin mengajar di ponpes tersebut. Di satu sisi Az-Zahra sudah mengenal banyak para santriwatinya, dan disisi yang lain Az-Zahra merasa senang dekat dengan Ust.Za'i. Diam-diam ada rasa terpendam dibalik hati Az-Zahra, akan tetapi ia sadar bahwa kedekatannya dengan Ust. Za'i maka akan menimbulkan fitnah dan Zina hati. Dikala mereka bertiga sedang berbincang-bincang, Umi Fitri nampak mendatangi mereka dan menyapa ustadzah Aisyah.”assalamualaikum menantu umi.. “ “waalaikumsalam warrahmatullah ..ah umi bisa saja” jawab Ustdzah Aisyah tersipu malu. Disaat itu Az-Zahra benar-benar terkejut. Rasa bertanya-tanya didalam benak Az-zahra semakin menjadi-jadi. Tidak lama mereka berempat berbincang-bincang, Ustadzah Aisyah memohon pamit kepada umi dan Ustd.Zai hendak mengajar santriwatinya. Selang beberapa menit ust. Zai menyusulnya. Tinggal berdua, Az-Zahra dan Umi Fitri yang masih berbincang-bincang. Dengan memberanikan diri, az-zahra bertanya kepada Umi Fitri mengenai kedekatan Ustdzah Aisyah dengan Ust.Za'i. “umi.. Apa benar Ustadzah Aisyah adalah calon istri Ust.Za'i??” tanya Az-zahra kepada Umi fitri. Sebelum umi fitri menjawab, umi fitri tersenyum. “Dulu Ust.Za'i pernah bercerita kepada umi, bahwa Ust. Za'i sedang jatuh hati terhadap ustadzah Aisyah, mendengar itu umi merasa tenang karena Ust.Za'i tidak salah mencintai seorang ukhty.” jawab umi Fitri menjelaskan. Nampak Az-zahra murung mendengarnya, namun tidak berhenti disitu pertanyaan dari Az-zahra. “lantas apa yg disebabkan Ust.Za'i mencintai Ustadzah Aisyah, Umi??” “Ust. Za'i sangat merasa tenang apabila melihat ukhty yg mengenakan cadar, dan mengenakan busana yg warnanya tidak mencolok. Ust.Za'i mengagumi sosok ukhty yg sederhana. Itulah penyebabnya mengapa Ust.Za'i mencintai Ustadzah Aisyah.” jawab Umi Fitri dengan suara lembutnya. Az-Zahra merenungi penjelasan umi Fitri di sepanjang perjalanan pulangnya. Tiba-tiba Az-zahra memberhentikan mobilnya didepan butik gamis sebelah kiri jalan. Tanpa ragu Az-zahra membeli beberapa busana gamis yg berwarna tua dengan sekalian cadarnya. Sesampainya dirumah, Az-zahra tidak segera mengenakannya busananya. Dia terdiam didepan kaca, mungkin dia merenungi bagaimana apabila wajahnya ditutupi oleh sehelai kain cadar? Az-zahra masih terlihat ragu mengenakannya, keesokan harinya ketika Az-zahra dikampus dia hendak menemui Ust.Zai. Saat itu az-zahra terlihat cantik sekali, mengenakan busana muslimnya bewarna putih dengan jilbab merah yg khas dari dirinya. Air wudhlu yang setiap kali membasuh wajahnya menampakan wajah Az-Zahra semakin berseri-seri. Ketika Ust.Zai membuka pintu ruangannya, Ust.Zai kali itu terpanah menyaksikan keelokan serta kecantikam Az-Zahra dihari itu. “Assalamualaikum Warrahmatullah Ustadz.” salam Az-zahra kepada Ust.Za'i. Namun ustadz Za'i tidak segera menjawabnya, ust. Za'i masih terpanah memandang Az-zahra “ada apa dengan ustadz Za'i ? kenapa ustadz memandang ana seperti itu?” tanya Az-zahra keheranan. “astaghfirullah.. Wa'alaikumsalam Warrahmatullah Az-zahra.. afwan, antum begitu cantik, alangkah baiknya apabila wajah cantik antum tertutup cadar agar tidak menimbulkan zina mata dan zina hati terhadap orang yg memandang antum. Sekali lagi ana mohon maaf Az-zahra.” jawab Ust.Za'i panjang lebar. Hati az-Zahra tersentak mendengar kalimat yg disampaikan oleh Ust.Za'i. “ana harus bagaimana ustadz? Agar ana tidak menyebabkan mereka-mereka berbuat zina terhadap ana?” tanya Az-zahra kepada Ust.Za'i. Ust.Zai menghela nafas panjang, “begini Az-zahra, menurut pandangan ana antum begitu cantik, alangkah mulianya apabila antum sudi menutup dan menyembunyikan kecantikan antum. Dan apakah antum tau, suara antum sangat indah, saat antum berdakwah melalui off air maupun on air di radio itu sama halnya antum memperlihatkan aurat antum, suara seorang ukhty merupakan aurat, Zahra.” Az-Zahra menitihkan air mata mendengar penjelasan Ust.Za'i. “kenapa tidak sedari dulu ana mengetahuinya.. Syukron Katsiron atas semua nasihat ustadz” jawab Az-zahra. “Astaghfirullah begitu hinanya ana dimata Allah Swt dan ustadz Za'i. Ana memperlihatkan aurat ana. Astaghfirullah, Ampuni dosa-dosa hamba Rabb..” begitulah sekiranya yang ada dalam hati Az-zahra. Keesokan harinya ada yang berbeda nampak pada diri Az-Zahra. Seluruh tubuhnya dibalut dan tertutupi oleh kain hitam, hanya mata indahnya yg terlihat menawan. Az-Zahra duduk didepan pintu kelasnya, terdengar suara hentakan kaki yg mengarah ke arah Az-Zahra. Tepatnya adalah Ust.Za'i. “Assalamualikum Az-Zahra..” salam Ustadz Za'i “wa'alaikumsalam warrahmatullah.. bagaimana ustadz dapat mengenali ana?” tanya Az-zahra “dari mata indah yg antum punya atas karunia Allah SWT, yg masih dapat membedakan antum dengan beribu ukhty yang mengenakan cadar. Subhanallah az-zahra..” Az-zahra hanya terdiam, kemudian bergegas meninggalkan ust.Za'i tanpa salam. “Astaghfirullah..mengapa Az-zahra meninggalkan ana begitu saja?” fikir ust.Za'i dalam hati. Az-zahra nampak menyesal meninggalkan ust.Za'i begitu saja tapi apalah yang dapat ia perbuat, dengan keputusannya mengenakan cadar dia akan berhenti berdekatan dengan akhy yang bukan muhrimnya. Dia menghindari adanya fitnah yg mudah di timbulkan akibat karakternya yg baru. Seketika Az-zahra melangkahkan kaki kearah mobilnya, tiba2 ust.Za'i memanggilnya dari kejauhan. “Assalamualaikum ustadzah Az-Zahra..” “wa'alaikumsalam Warrahmatullah, afwan.. ustadz tidak pantas memanggil ana dengan panggilan ustadzah, ilmu agama yang ana miliki belum sempurna..” jawab Az-zahra dengan menunduk sama sekali tanpa melihat raut wajah ust.Za'i. “ada yang berbeda dari diri antum, mengapa antum berbicara tanpa menatap ana??” tanya ust.Za'i yang semakin penasaran dengan perubahan sikap Az-zahra. “sekali lagi afwan, ustadz. Ana tidak ingin menimbulkan fitnah, ana tidak ingin berzina, ana pamit pulang dulu, ustadz. Assalamualaikum..” jawab Az-zahra yang terlihat tergesa-gesa. Subhanallah.. perubahan yg terjadi didalam diri Az-Zahra sungguh meluluhkan hati ust.Za'i. Hari demi hari, bulan demi bulan Az-zahra sudah tidak sering lagi bercakap-cakap dengan ust.Za'i. Bahkan kini Az-zahra sudah memberhentikan kegiatannya sebagai pendakwah. Saat ini Az-zahra hanya fokus kepada anak-anak yatim piatu yang diasuhnya. Kini Az-zahra mendirikan panti asuhan sendiri, tentu saja atas ijin kedua orang tuanya. Panti asuhan itu diberinya nama Panti Asuhan Az-zahra. Sesuai namanya yang indah. Diam-diam Ust.Za'i merasa merindukan Az-zahra. Hingga disuatu waktu, ust.Za'i mengikuti langkah Az-zahra,melihat kegiatan Az-zahra saat ini sebagai pengasuh panti asuhan dan sebagai guru mengaji di TPQ Al-Qotruda, Al-Jannah, dan di panti asuhan miliknya ust.Za'i berfikir bahwa Az-zahra memang pantas untuk dijadikan sebagai isterinya kelak. Sesampainya di kediaman ust.Za'i, ia segera menemui uminya. “assalamualaikum umi..” “waalaikumsalam warrahmatullah, keliatannya putra umi sedang berbahagia.” jawab umi Fitri sembari mengusap-usap rambut ust.Za'i. “Umi.. Za'i ingin segera menikah, lamarkanlah Za'i kepada Az-zahra.” pinta ust.Za'i kepada uminya. Tentu kalimat yg disampaikan ust.Za'i sangat mengejutkan uminya. Bagaimana tidak, dulu yg diutarakan oleh ust.Za'i yaitu Ustadzah Aisyah lah yg dicintainya. Lantas mengapa sekarang berubah? “putraku.. mengapa antum hendak berubah fikiran, bukankah saat ini Az-zahra sudah tidak menghubungimu lagi?” tanya umi Fitri. “justru karena itu lah umi, dia menghindar dari Za'i karena dia takut berzina dengan Za'i.dan tahukah umi, bahwa Az-zahra bercadar semenjak 4 bulan yang lalu. Ia sudah berhenti dari dakwahnya, umi. Dikarenakan ia amat sangat menjaga auratnya.” jawab Ust.Za'i bermaksud meyakinkan umi'nya. “lantas apa kegiatannya sekarang??” “Za'i sengaja mengikutinya ketika ia pulang, ia memiliki sebuah panti asuhan. Dan hari-harinya disibukkan dengan megajar ngaji diberbagai TPQ, umi. Sungguh, semua kegiatannya mampu meluluhkan hati Za'i. Restuilah keinginan Za'i” Umi fitri tidak menjawabnya, akan tetapi bergegas memeluk putra semata wayangnya. Dari balik pintu, tidak sengaja Ustadzah Aisyah mendengar percakapan antara ibu dan anak. Ustadzah aisyah seketika menitihkan air matanya, hatinya bak tersayat-sayat. Tentu saja, ustadzah aisyah begitu mencintai ust.Za'i semenjak 5 tahun yang lalu. Dan penantiannya selama itu amat sangat tidak membuahkan hasil. Tidak jadi masuk ke kediaman ust.Za'i, ustadzah aisyah bergegas pulang. Keesokan harinya, keluarga ustadz Za'i hendak melamar Az-zahra, amat sangat kebetulan dikediaman Az-zahra didapati keluarga Az-zahra. Nampak ayah Az-zahra terkejut melihat kedatangan orang tua Ust.Za'i. Lebih terkejut lagi umi Fitri melihat ayah Az-zahra. Amat sangat terkejut, mengapa demikian? Karena ayah az-zahra merupakan mantan kekasih umi fitri. Begitu bahagianya umi fitri melihat mantan kekasihnya yang amat sangat ia rindukan, setelah sekian tahun lamanya mereka tidak berjumpa. “Assalamualaikum mas fauzan..” sapa umi fitri. “waalaikumsalam warrahmatullah, maaf ada perlu apa kalian datang kemari??” tanya ayah Az-zahra kepada keluarga Ust.Za'i. Sembari menggiring keluarga ustadz Za'i untuk masuk kedalam rumah Az-zahra. Nampak Az-zahra menyaksikan kedatangan ust.Za'i beserta keluarganya. Rasa gugup dan gelisah menyelimuti perasaan Az-zahra. “begini mas fauzan, maksud kedatangan kami kemari hendak melamarkan putra ana Za'i terhadap putri mas Fauzan. “ umi Fitri menjelaskan maksud kedatangannya. Tidak lama sebelum Ayah Fauzan menjawab, tiba-tiba ibunda Az-zahra yang awalnya ada didalam bersama kakak Az-zahra yang bernama Mas Azwan ikut menyambut kedatangan umi Fitri sekeluarga. “Masya Allah ada tamu agung rupanya.. bagaimana kabarnya mbak?” tanya ibunda Az-zahra dengan sangat antusias. “alhamdulillah kami semuanya diberi kesehatan dik Rosyidah.. “ jawab umi fitri yang sambil menundukkan kepalanya. Nampak umi Fitri masih merasa cemburu dengan keharmonisan keluarga Ayah Az-zahra. “ayah.. alangkah baiknya kita menanyakan pada yang bersangkutan.. “ tungkas ibunda Az-zahra kepada suaminya. “benar kata ibunda, coba' bund panggil Az-zahra kemari.” jawab ayah Az-zahra. Ibunda Az-zahra segera meninggalkan forum tersebut, yang kemudian menjemput Az-zahra ke kamarnya. “Az-zahra, didepan ada keluarga ibu Fitri hendak melamar Az-zahra. Yuk.. kita temuin mereka.” ajak ibunda Az-zahra. “tidak bunda.. az-zahra tidak ingin bertemu dengan Ust.Za'i.” jawab Az-zahra dengan rasa kecemasan. Kemudian datang mas Azwan menghampiri mereka sembari raut wajah yang terlihat seperti orang yang sedang diselimuti rasa emosionalnya. “tidak bunda!! tidak akan aku biarkan adikku menikah dengan pria yang sudah berani-beraninya mengubah kehidupan adikku. Az-Zahra mas tau ini bukan kamu yang sebenarnya. Mas lebih suka, kamu ke yang dulu. Dan kamu harus ingat bahwa kamu sedang berjanji dengan seseorang bahwa kamu akan menikah dengannya. Saat ini dia masih menunggumu Az-zahra.” tungkas mas Azwan dengan nada kesal. “astaghfirullah mas.. ini adalah diri Az-zahra yang sebenarnya.” “dengan bercadar, menjadi seorang seperti teroris?? kamu tau zahra,ayah dan kakak kamu ini adalah seorang pembela negara. Dan kita sangat membenci yang namanya teroris. “ sahut Mas Azwan. “cukup mas, jangan samakan Az-zahra dengan teroris! Az-zahra bukan teroris… Az-zahra menyesal dan geram dengan kelakuan orang-orang berpenampilah soleh yang pandai merakit bom itu. Yang meledakkan rumah-rumah ibadah agama lain. Yang menghancurkan dan menyerang kantor-kantor polisi. Az-Zahra geram dengan mereka semua, geram dengan penampilan-penampilan mereka. Dan geram dengan penampilan istri-istri mereka yang menyerupai Az-zahra. Tetapi demi Tuhanku, Az-zahra tidak seperti mereka. Banyak orang yang berpenampilan seperti Az-zahra dan tak setuju dengan apa yang mereka lakukan. Az-zahra juga perempuan seperti ibu-ibu yang melahirkan kita. Lagipula banyak juga manusia yang berpakaian seperti biasa juga melakukan kejahatan, membunuh orang lain, menipu, dan mencuri barang yang bukan haknya. Bukankah mas Azwan tahu bahwa ada orang yang berpenampilan seperti biasa, memakai dasi dan jas tetapi mencuri uang-uang masyarakat dengan halus…. lalu kenapa mas Azwan sekarang seakan menghakimi pakaian ana?” jawab Az-zahra penuh kekesalan. Az-zahra yang tidak pernah berbicara sekeras itu, sehingga membuat umi fitri, Ust.Za'i dan ayah Fauzan mendengarnya. Begitu terkejutnya mereka mendengarkan suara lantang itu, suara yang tidak pernah dijumpai mereka dari Az-Zahra. Ust.Za'i yang seakan cemas mendengarnya bergegas menghampiri keberadaan Az-zahra. “astaghfirullah.. ada apa ini?' tanya ust.Za'i. “tidak ustadz, afwan.. keluarlah dari kamar ana. Ana tidak ingin menimbulkan fitnah.” jawab Az-zahra dengan nada pelan. “maaf.. Az-zahra.. maksud kedatangan ana kesini untuk melamar antum, maukah antum menjadi istri ana??” “bagaimana dengan ustadzah Aisyah, ana tidak ingin dinilai orang lain merebut ustadz dari Ustadzah Aisyah. “ “ana dan ustadzah aisyah sungguh tidak mempunyai hubungan apa2 Az-zahra.” Ujar ust.Za'i mencoba menjelaskan. “sudahlah ustadz, kalau ustadz mencintai ustadzah aisyah. Menikahlah dengannya. Jangan memaksa adikku untuk sudi kau persunting. Adikku akan segera menikah dengan kekasihnya disurabaya.” sahut mas Azwan dengan nada kasar. “benarkah itu, Az-zahra?” tanya ust.Za'i kepada Az-zahra. Az-zahra hanya berdiam tanpa menjawab sepatah kata pun. Airmata yang menitih dari mata Az-zahra yang menjadi jawaban bagi ust. Za'i. “maaf, Az-zahra bila kedatangan ana hari ini mengacaukan keluarga antum.. ana mohon pamit, Assalamualaikum..” “wa'alaikumsalam.. “ jawab A-zahra yang nampak lemas. Beberapa menit kemudian ust.Za'i beserta uminya meminta pamit untuk pulang dengan rasa sangat kecewa. Tentu saja sikap Az-zahra dan kakaknya sungguh menyakiti hati Ust.Za'i. Akhirnya.. keluarga Az-zahra memutuskan agar Az-Zahra dipulangkan ke Surabaya. Dengan berat hati, Az-Zahra melangkahkan kakinya meninggalkan kota Solo. Selang beberapa hari di Surabaya, Az-zahra dilamar oleh seorang akhi yang ketampanannya tidak kalah dengan Ust.Za'i dan tentu saja seorang muslim yang sholeh. Profesinya sebagai TNI yaitu teman dari mas Azwan. Namanya Mas Kenzie. Mas Kenzie telah berjanji bahwa ia akan melamar Az-zahra ketika AZ-zahra telah usai menuntut ilmunya di kota Solo. Keluarga Mas Kenzie hendak berkunjung ke kediaman keluarga Pak Fauzan. Keluarga mas Kenzie nampak terkejut dengan perubahan Az-Zahra. “Subhanallah dik Zahra, sejak kapan dik Zahra berubah menjadi seperti ini?” tanya maz Kenzie kepada Az-zahra. “alhamdulillah sudah 4 Bulan yang lalu mas. Maaf kalau mas kenzie tidak berkenan akan perubahan yang terjadi pada diri ana. “ jawab Az-zahra dengan wajah lesu. “siapa yang merubah dik Zahra menjadi sekarang, sungguh mulialah yang dapat menuntun dik Zahra menjadi lebih sempurna.” “dari hati ana sendiri, mas.” Keluarga Mas Kenzie sempat bertanya-tanya, mengapa malah Maz Kenzie menyukainya, sedangkan ia adalah seorang TNI yang turut memberantas adanya terorisme di Negara ini. Memang sudah barang tentu bahwa Az-zahra bukanlah sekelompotan dengan teroris, akan tetapi pakaian yang ia kenakan sungguh menyerupainya. Namun tidak serupa dengan Mas Kenzie, Mas Azwan justru tetap bersih keras meminta Az-zahra melepas cadarnya. “tidak mau tau alasan apapun, Zie. Zahra harus tetap melepas cadar nya. Apa kata negara nanti bahwa seorang TNI mempunyai istri bahkan keluarga dari seorang teroris.” tungkas Mas Azwan yang selalu marah ketika melihat penampilan Az-zahra yang tertutup rapat oleh kain hitam. “harus berapa kali ana katakan kepada mas, ana bukan teroris. Ana adalah Az-zahra, adik kandung mas Azwan, anak kandung ayah dan bunda. Ana bukan teroris. Ana hanya pemeluk agama Islam, hanya Allah yang ana sembah. Ana berpenampilan seperti ini bukan untuk menyembunyikan wajah asli az-zahra, karena az-zahra adalah teroris. Ana berpenampilan seperti ini semata-mata beribadah kepada Allah SWT, ana menghindari yang namanya perbuatan Zina. Mas, ana mohon jangan buat emosional Az-zahra semakin berapi.” jawab Az-zahra dengan berlinangan air mata. Semua terdiam, tidak ada yang berani berbicara sepatah kataa pun. Mas Kenzie yang semula duduk didekat kedua orang tuanya, saat ini mendekati mas Azwan. “sudah lah, wan. Aku menerima adikmu bagaimanapun adanya. Justru aku lebih mengagumi perubahannya. Aku mencintainya karena Allah, maka aku tidak akan mempersalahkan bagaimana keadaannya.” ujar Mas Kenzie. Suasana menjadi tenang kembali, Az-zahra yang terdiam menunduk. Berat rasanya menerima seseorang yang sebenernya tidak ia cintai. Sesugguhnya Ust.Za'i lah yang ia cintai. Namun bagi dirinya, menikah dengan ust.Za'i merupakan suatu hal yang tidak mungkin terjadi. Kakaknya yang tidak merestuinya, apalagi setelah mengetahui bahwa umi Fitri adalah mantan kekasih dari Ayahnya. Dan sempat terjadi hubungan gelap antara keduanya sebelum ia dilahirkan, tentu saja jika walimahan itu terjadi akan menyakiti bundanya. Bagaimana mungkin ibunda nya akan berbesan dengan perempuan yang dahulu menjadi kekasih gelap ayahnya. “ijinkan ana, shalat istikharah terlebih dahulu untuk mendapatkan jawabannya, mas” kata Az-zahra dengan raut muka yang masih tetap menunduk. Mas Kenzie bersedia menunggu jawabannya. Setiap malam Az-zahra berikhtiar kepada Maha Besar Allah untuk mendapatkan jawabannya. “Ya Allah, hanya kepada-Mu lah aku meminta dan memohon ampunan. Hamba tahu, tiada yang mustahil untuk – Mu ketika Kun Fayakun Diucapkan – Mu Karena itu, hamba memohon pertolongan-Mu untuk memberikan hidayah pada ku, tunjukkanlah siapa jodoh hamba.. Berikanlah secercah cahaya – Mu untuknya agar hamba menemukan jalan kebenaran Ya Allah, hamba bermunajat kepadaMu.” Selepas ia beribadah kepada Allah ditengah malam yang sunyi. Dengan hilir angin yang dinginnya merasuk hingga ketulang. Ia beranjak ditempat tidurnya, menarik selimutnya dan tidak lama ia terlelap. Dalam tidurnya ia bermimpi bahwa ia sedang berjalan-jalan bersama mas Kenzie, dan sungguh menjadi mimpi yang indah kala itu mas Kenzie menunjukkan suatu cahaya yang sangat terang yang merupakan pintu yang akan dia lewati bersama Az-zahra. Terdengar suara adzan shubuh, Az-zahra kemudian terbangun dari tidurnya dan ia merenungi mimpi yang menghampirinya semalam. Dia menyimpulkan, bahwa memang mas Kenzie lah yang pantas menjadi imamnya. Seusai shalat shubuh Az-zahra bergegas menghampiri bundanya untuk membantu menyiapkan sarapan pagi untuk ayah dan kakaknya. “sudah sholat shubuh zahra?” tanya bunda Rosyidah. “alhamdulillah sudah bunda..” Bunda Rosyidah nampak sibuk memotong sayuran, dan Az-zahra memilih membuatkan 2 cangkir kopi yang akan disuguhkan untuk ayah dan kakaknya. “bunda.. nikahkan Az-zahra dengan mas Kenzie secepatnya.” ujar Az-zahra sembari mengaduk kopi yang ia buat. “kamu sudah yakin, nak?” tanya bundanya meyakinkan. “Az-zahra yakin bund, asal nikahkan kami dalam kurun waktu sebulan ini” “baiklah, jika memang itu keputusanmu.” Tibalah saatnya dihari Walimahan Az-zahra bersama Kenzie. Sungguh nampak indah makhluk Allah saat di acara walimahannya. Nampak Az-zahra mengenakan gaun pengantin berwarna biru muda. Sungguh indah dilihatnya.. Subhanallah, meskipun wajahnya tertutup cadar akan tetapi pacaran matanya yang indah masih saja menampakan bahwa Az-zahra memang benar-benat makhluk Allah yang begitu cantik. Ijab Qabul akan segera dilangsungkan, yang terlihat di ruang Ijab hanyalah keluarga mempelai pria, wali dari mempelai wanita, saksi-saksi, dan pak penghulu. Mempelai perempuan sengaja tidak ada di ruangan tersebut karena memamng mempelai pria dan wanita belum boleh dipertemukan, itulah adat istiadat yang digunakan oleh keluarga Az-zahra dalam pernikahannya. Kalimat syahadat telah diucapkan secara lantang oleh Kenzie. “Ankatuha wa Zawwajtuka Makhtubataka Nurul Az-Zahra Binti Fauzan Al-Baqri alal Mahri seperangkat alat sholat dan uang tunai senilai Rp. 2.500.000,00 dibayar tunai” kalimat yang disampaikan oleh pak Fauzan. “Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhiitu bihi, wallahu waliyut taufiq” jawab kenzie dengan lantang. “bagaimana para saksi?? sah?..” lanjut pak penghulu. Dan semua saksi serempak menjawab “SAH”. Alhamdulillah, acara ijab Qabul berlangsung dengan khidmat dan lancar. Dikala mempelai wanita hendak keluar menghampiri mempelai laki-laki, tiba2 handphone milik Az-zahra berdering. Ketika dilihat layar monitornya ternyata terbaca nomor ust.Za'i. Seketika Az-zahra sangat gugup melihatnya. Ibundanya menyarankan agar Az-zahra berkenan mengangkat telpon ust.Za'i. “assalamualaikum..” salam Az-zahra. “wa'alaikumsalam, Zahra.. syukurlah, antum sudi menjawab telfon ana.” jawabnya. “ana mengangkat telfon ustadz, hendak memberitahukan bahwa ana.. “ ujarnya yang belum selesei terpotong karena air mata Az-zahra yang tiba-tiba mencair. Suaranya menjadi terbata-bata. Mungkin karena kerinduan yang terpendam dalam diri Az-zahra yang menyebabkannya, ditambah lagi bahwa ia telah menikah dengan laki-laki lain yang sebenarnya tidak ia cintai. “kenapa dengan antum?? katakanlah, ana akan sudi mendengarkannya,Zahra..” “ana baru saja melangsungkan akad nikah, ustadz.” “Masya Allah. Dengan siapa antum menikah?? dengan laki-laki yang dijodohkan oleh kakak Az-Zahra kah? Mengapa antum tidak memberitahu ana sebelumnya??” “maaf ustadz, ana tidak akan mampu mengatakan sebelumnya, karena sebenarnya ana mencintai ustadz. “ “sebenarnya kita saling mencintai Zahra, seharusnya tidak akan ada yang saling tersakiti. Tapi semuanya sudah terlanjur, pesan ana jadilah istri yang baik. Semoga kelak keluarga Zahra menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah.. amiin.. assalamualaikum.” jawab ust.Za'i yang kemudian langsung menutup telfonnya. Az-zahra yang semakin tidak dapat menahan linangan air matanya tidak berani menampakkan dirinya didepan para tamu undangan. Ibundanya yang sejak dari tadi berada disampingnya membantu mengusap air mata putriya. Kemudian Az-zahra keluar didampingi oleh ibunya yang masih menampakkan mata sembabnya akibat air mata yang dikeluarkan. Semua mata tertuju pada setiap langkah Az-Zahra. “Subhanallah..” ucap mereka seraya memuji keindahan sosok mempelai wanita. Kala itu Az-zahra duduk didekat Kenzie yang kini telah sah menjadi suaminya. Mencium tangannya, dan Kenzie beranjak mencium kening Az-zahra. “Mas, mulai sekarang akan kuabdikan seluruh hidup ana untuk mas Kenzie. Bimbing dan tuntun ana agar dapat mecapai Syurga-Nya” ujar Az-zahra kepada Suaminya. “Tentu dik Zahra..” jawabnya. Sungguh pasangan suami istri yang sangat serasi. Acara walimahan telah berlangsung dengan sempurna. Kenzie nampak bahagia telah mendapatkan seorang istri yang sangat shalihat. Ust. Za'i seusai mendengar kabar walimahan Az-zahra terkulai lemas, matanya berkunang-kunang. Dirinya seakan tidak percaya bahwa Az-zahra telah menjadi istri orang. Impiannya untuk mempersunting Az-zahra telah berakhir. Umi fitri yang melihat putra semata wayangnya nampak lesu, kemudian dihampirinya. “ada apa putraku, kenapa kau nampak pucat? Kau tidak seperti biasanya.” tanya umi Fitri kepada putranya. “tidak umi, Za'i hanya merasa sedih. Za'i sudah berumur 25 tahun tapi Za'i belum juga mempersunting seorang istri. Carikanlah istri untuk Za'i umi.” pintanya. “istri seperti apa yang kau ingin kau nikahi?” “yang menurut umi baik, itulah yang akan Za'i nikahi.” Keduanya kemudian berpelukan. Semenjak mendengar kabar walimahan Az-zahra, ust.Za'i nampak tidak seperti biasanya. Ia sering terlihat merenung, entah apa yang saat itu ia fikirkan. Lamunan ust.Za'i sempat dibuyarkan oleh salam ustadzah Aisyah. “assalamualaikum ustadz..” “wa'alaikumsalam warrahmatullah..” jawab ust.Za'i sembari tersenyum. “wajah ustadz nampak pucat sekali, apakah ustadz sedang sakit?” tanya ustadzah Aisyah. “tidak ustadzah.. mungkin hanya kurang istirahat saja.” “beristirahat lah dahulu ustadz, biarkan para santri ana yang urus. Takutnya ustadz semakin sakit.” “terima kasih perhatiannya. Kalau gitu ana permisi pulang dulu ustadzah, assalamualaikum” “wa'alaikumsalam warrahmatullah..” Ust.Za'i kemudian beranjak pulang, ternyata umi Fitri yang sedari tadi ada dibalik tembok sebuah kelas mendengarkan perbincangan Ustadzah aisyah dan Ust.Za'i. Dari perbincangan itu, umi Fitri dapat menilai bahwa ustadzah Aisyah memang pantas menjadi istri dari putranya. Kala ustadzah aisyah hendak mengajar, umi Fitri memanggilnya. “ustadzah aisyah..” “iya umi.. “ jawabnya sembari mencium tangan umi Fitri. “ustadzah aisyah masih sendiri kan?” tanya umi Fitri langsung kepokok pembicaraan. “maksud umi bagaimana, ana tidak faham..” “begini, apakah ustadzah Aisyah ini sudah ada yang menunggu untuk mempersunting ustadzah?” “masya Allah, kenapa umi tiba-tiba bertanya hal itu kepada ana?” “umi hendak menjodohkan ustadzah dengan Za'i. Apakah Ustadzah aisyah mau?” “ana memang masih sendiri,umi. Tapi bagaimana mungkin bisa umi menjodohkan ana dengan ust. Za'i, sedangkan ust.Za'i tidak mencintai ana. Az-zahra lah yang tepat untuk dijadikan istri ust.Za'i umi..” “kalau memang ust.Za'i mencintai Az-zahra, lantas mengapa ust.Za'i meminta umi untuk mencarikan ia seorang istri?” Hasil dari perbincangan itu, Akhirnya ustadzah Aisyah berkenan untuk dipersunting Ust.Za'i. Setelah tasyakuran walimahan telah dilaksanakan, tibalah malam pertama mereka. Hendak Ust.Za'i mencium kening Ustadzah Aisyah, ustadzah Aisyah melemparkan sebuah pertanyaan untuk Ust.Za'i. “mengapa mas mau menikah dengan ana, bukankah Az-zahra yang mas cintai..” “mas mencintai Aisyah sedari dulu, sebelum Az-zahra hadir dalam kehidupan mas. Untuk itu mas yakin bahwa aisyah lah yang mas cintai. Aisyah adalah cinta pertama dan cinta sejati mas. “ jawab Ust.Za'i sembari membelai rambut Aisyah yang panjangnya sepinggang. “lantas bagaimana kabar Az-zahra sekarang, mengapa semenjak kepindahannya lalu ia tidak pernah memberikan kabar.” tanya lagi. “Az-Zahra telah menikah dengan orang lain. Itu kabar terakhir yang mas tau.” Ustadzah Aisyah nampak menitihkan air matanya, ust.Za'i terkejut melihatnya. “mengapa dik aisyah menangis? Adakah mas salah mengucap kata?” “itu artinya mas Za'i menikahi ana karena hati mas Za'i telah dibakar cemburu karena mendengar kabar pernikahan Az-zahra. “ “tidak begitu Aisyah..” “sudahlah mas, malam ini Aisyah ingin tidur sendiri, biar Aisyah tidur dibawah saja.” ujarnya yang memotong pembicaraan ust. Za'i sembari mengambil bantal dan guling, akan tetapi kemudian dihadang oleh ust.Za'i dan tidak diperbolehkan tidur dilantai. “jangan Aisyah, biar lah mas saja yang tidur dibawah.” ketika malam berganti pagi, terdengar suara adzan shubuh bercampur dengan suara ayam jago berkokok menyambut terbitnya fajar dan diselingi dengan nada handphone milik Ust.Za'i berbunyi. Aisyah terbangun mendengar beberapa suara itu, nampak ust.Za'i masih tertidur pulas. Kemudian dibukalah pesan singkat tersebut yang isinya “Assalamualaiku ustadz, maaf ana baru mendengar kabar walimahan ustadz pagi ini dari para santriwati ponpes Uswaja. Semoga walimahan ustadz dengan ustadzah aisyah mendapatkan barakah dan menjadi keluarga sakinah, mawadah, wa rahmah. Dan ana juga membawa kabar bahagia, saat ini ana sedang hamil 2 bulan ustadz. Ana berdoa semoga ustadzah Aisyah dapat segera menyusulnya. Wassalamualaikum. (Nurul Az-zahra.)” Begitulah sekiranya isi dari pesan singkat itu. Entah mengapa Aisyah justru menangis membaca pesan itu. “begitu sakitnya perasaan ust. Za'i jika mendengar kabar kehamilan Az-zahra.” pikirnya dalam hati. Ia menghampiri wajah suaminya, kemudian mencium keningnya sehingga membangunkan ust.Za'i. “assalamualaikum suamiku..” sapaan mesra terlontar dari bibir Aisyah. “wa'alaikumsalam istriku..” “bangunlah, yuk kita berjam'ah shalat shubuh. Ana tunggu dengan umi dimushola ya mas.” “baiklah aisyah..” setelah itu, Aisyah dan mertuanya berangkat ke mushola samping rumahnya terlebih dahulu. Tidak lama ust. Za'i menyusul dibelakangnya. Seusai sholat shubuh Aisyah beranjak kedapur menyiapkan sarapan untuk suaminya. Umi fitri mendekati putranya sembari mencandai putranya sebagai pengantin baru. “bagaimana Za'i malam petamamu semalam?” “umi.. kami tidak melakukan apa-apa semalam.” “kok bisa?? apa Aisyah tidak melayanimu sebagai seorang istri?” “tidak umi, kita berdua yang masih sedikit canggung.” Kemudian Aisyah yang tadinya didapur sekarang sedang menghidangkan secangkir kopi dan nasi goreng untuk suami dan mertuanya. Ust.Za'i nampak begitu lahap menikmati masakan buatan Aisyah. “subhanallah, tidak salah umi mencari menantu yang pintar memasak, masakan umi kalah dengan masakan aisyah.” ujar Ust.Za'i yang mencandai uminya. “wah mentang-mentang sudah punya istri, sudah mulai membanding-bandingkan umi dengan istrinya.” Aisyah, Umi Fitri dan Ust.Za'i nampak bergurau. Sungguh keluarga yang sakinah mawaddah warrahmah. Kemudian ketika ust.Za'i hendak berangkat mengajar mahasiswanya, Aisyah turut membantu merapikan pakaian suaminya. “mas, tadi Az-zahra mengirim sms ke hp mas Za'i. Dia memberikan ucapan selamat kepada kita, dan ia memberikan kabar bahwa ia sedang hamil 2 bulan.” jelasnya. Ust.Za'i nampak diam, kemudian tersenyum dan menjawab “alhamdulillah.. itu merupakan sebuah berita bahagia, semoga aisyah juga segera menyusulnya hamil, agar kita cepat memberikan cucu untuk umi.” “amiiin.. “ jawab aisyah. Hari berganti menjadi bulan. Kehamilan Az-zahra berusia 9 bulan 10 hari inilah saat-saat yang ditunggu oleh keluarga Az-zahra. Ya itu saat-saat kelahiran janin yang ada dirahim Az-zahra. Az-zahra dibawa ke Rumah Sakit Kasih Bunda untuk menjalani proses persalinan. Pada saat perjalanan dari rumah ke rumah sakit, Kenzie atau suami Az-zahra ini menghubungi Ust. Za'i mengenai persalinan Az-zahra. Mendengar kabar itu Ust.Za'i dan istrinya Aisyah bergegas menuju Kota Surabaya untuk menjenguk Az-zahra dan bayinya. Sesampainya disana, Az-zahra sudah melahirkan seorang bayi berjenis kelamin laki-laki yang tampan. Hidung dan bibirnya mirip Az-zahra sedangkan bentuk wajahnya sangat identik dengan Kenzie. Bayi itu diberinya nama Sultan Abu Rasyid. Nama yang indah. Nama itu dibuat oleh ust. Za'i. Begitulah akhir cerita. Pada saat Az-zahra melahirkan bayinya, Aisyah dinyatakan hamil. Bahtera rumah tangga Az-zahra sangat bahagia. Begitu juga dengan bahtera rumah tangga Ust.Za'i. Semoga dikehidupan nyata dapat meniru perbuatan dan tingkah laku yang dituliskan dalam cerita ini. SELESAI Catatan : Cerita di atas hanya fiksi belaka, begitu juga dengan nama tokoh, karakter, tempat, dan kejadian di dalamnya. Jika terdapat kemiripan atau kesamaan dari hal-hal tersebut, mohon jangan diambil terlalu serius. Karena itu hanya fiksi, jadi nikmatilah di alam imajinasi. Terimakasih syukron Katsiron para ukhty wa akhy yang telah sudi membaca cerpen karya saya, seusai membaca jangan lupa untuk dishare yah.. semoga bermanfaat.. Akhirul kata Assalamualaikum..^_^

1 komentar: